Minggu, 28 Februari 2010

Renungan Pertama

Kisah Seekor Tikus..

Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati sang petani dan isterinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada makanan pikirnya? Tapi, dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Tikus lalu berlari ke kandang dan menjerit memberi peringatan; "Awas, ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati, ada perangkap tikus di dalam rumah!"

Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruki tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Ya, maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi bukan masalah. Jadi jangan buat aku sakit kepala-lah."

Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya, "Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di rumah!" Wah, aku menyesal mendengar kabar ini," si kambing menghibur dengan penuh simpati, "Tetapi tak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam doa-doaku!"

Tikus kemudian berbelok menuju si sapi. "Oh? Sebuah perangkap tikus? Jadi saya dalam bahaya besar ya?", kata sapi itu sambil tertawa berleleran liur.

Tikus lalu kembali ke rumah, dengan kepala tertunduk, patah hati, kesal dan sedih. Ia merasa terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian. Ia sungguh-sungguh sendiri.

Begitu malam tiba, dan terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menangkap mangsa. Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu mematuk tangan isteri petani itu. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit. Si istri kembali ke rumah dengan tubuh menggigil, demam.

Dan, sudah menjadi kebiasaan, setiap orang sakit demam, obat pertama adalah memberikan sup ayam segar yang hangat. Petani itu pun mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang, mencari ayam untuk bahan supnya.

Tapi, bisa itu sungguh jahat, si istri tak langsung sembuh. Banyak tetangga yang datang membezuk, dan tamu pun berdatangan ke rumahnya. Ia harus menyiapkan makanan, dan terpaksa, kambing pun dia jadikan gulai. Tapi, itu tak cukup, bisa itu tak dapat ditaklukkan. Si istri akhirnya meninggal, dan berpuluh-puluh orang datang untuk mengurus pemakaman, juga selamatan. Tak ada cara lain, sapi di kandang pun dijadikan panganan untuk banyak pelayat dan peserta selamatan.


********************************************


Dari kisah di atas,

Menurut saya, rasa Kepedulian memanglah sangat penting. bila ada seseorang di sekitar kita yang sedang dalam masalah, cobalah untuk membantunya. walaupun kita berpikir bahwa masalah yang sedang dialami oleh seseorang itu tidak ada hubungannya dengan kita. Tapi cobalah buka mata dan sedikit rasakan apa yang dirasakan oleh orang itu. Dan kemudian bayangkan apabila kita yang mengalami masalah itu tetapi tidak ada seorangpun yang peduli dan mau membantu kita. apa yang akan kita rasakan? itu pasti akan sangat menyedihkan dan menyakitkan. jadi, tidak ada salahnya kita mulai untuk mau peduli dengan orang lain. percayalah, rasa kepedulian terhadap orang lain tidak akan merugikan kita dan malah akan mendatangkan kebaikan untuk kita..